Jekyll ini adalah sebuah blog engine (atau apalah namanya), untuk membuat website atau blog tanpa menggunakan database. Serius tanpa database? yup, cukup menulis dengan format markdown maka jekyll yang selanjutnya akan bekerja dan menampilkan hasilnya sebagai sebuah website yang cantik. Cukup dengan membuat repository di github, clone ke lokal, pasang tema jekyll dan push kembali ke github maka sim salabim website sudah selesai. Oya jekyll ini dibuat dengan bahasa pemrograman ruby, jadi kalau mencoba jangan lupa install dulu ruby nya, kalau mau lebih asyik bisa memanfaatkan rvm sehingga kita bisa gonta-ganti versi ruby seenak hati kita. Untuk tema website nya sendiri kita bisa mencari di jekyllthemes, pilihannya memang tidak sebanyak wordpress, tapi itulah tantangannya, kalau gak ada yang cocok ya buat sendiri saja, tidak perlu repot-repot. Meskipun bagi saya[…]

“Nganggo leren bro” itu adalah kata-kata yang sering muncul dalam gojekan bersama teman-teman. Maklum rata-rata adalah para pengelana waktu *halah* maksudnya sering bekerja tanpa memperhitungkan waktu. Entah pagi siang sore malam, gak ada bedanya. Sehingga gojekan itu muncul, untuk menyindir agar kita jaga diri dan memperhatikan kesehatan diri sendiri. Karena kalau sudah tepar ya semuanya berantakan, pekerjaan gak beres dan malah tertunda. Ada juga gojekan, bahwa sudah sah kerja jadi programmer atau kerja di bidang IT kalau sudah terkena salah satu dari usus buntu atau tiphus. Entah apa korelasinya. Tapi memang beberapa teman seprofesi sudah pernah merasakan salah satu dari penyakit itu. Kalau cuma flu,pilek atau masuk angin karena kebanyakan begadang itu sudah tidak dihitung. Sebenarnya diri kita sendiri lah[…]

Edisi sepedaan sabtu 6 juni kemarin adalah ke sendang ngembel, beji wetan, pajangan, bantul. Kalau dilihat lihat di peta ya lumayan jauh dari rumah. Tapi tetap harus semangat. Karena gowes kan #oraLemah harus kuat. Berangkat dari rumah jam 5 pagi lebih sedikit karena janjian sama teman-teman di ringroad barat depan UMY jam 6 pagi. Pertama kali sampai di titik kumpul di depan UMY. Berhubung belum sarapan maka kemudian muter balik dulu ke alfam*rt utara UMY untuk beli cadangan air minum dan roti untuk ganjel perut. Gak lama Burhan dateng kemudian Wasi dan Anang juga menyusul kemudian. ngobrol-ngobrl sebentar sambil nunggu Anang yang masih mengulik stem nya yang baru. Setelah itu langsung capcus ke selatan dan ketemu sama Krishna di jalan[…]

Sepedaan edisi hari minggu kemarin melewati salah satu peninggalan jalur kereta api jaman dulu yang sudah tidak digunakan lagi yaitu viaduct ganjuran, medari. Dulunya merupakan jembatan yang atasnya dilewati kereta api, sedangkan terowongan dibawahnya, meski cuma pendek tapi gak apa-apa disebut terowongan, digunakan untuk kendaraan lain. Sekarang ini yang tersisa ya tinggal viaduk nya itu saja, bekas rel maupun bantalannya sudah tidak ada. Terowongan ini hanya muat untuk sepeda motor, sepeda atau orang jalan kaki. Mungkin untuk mobil yang ukurannya kecil bisa mencoba kalau berani. Untuk kendaraan yang agak besar bisa lewat di sampingnya, tinggal belok sebelum masuk ke terowongannya. Oya letak viaduct ini sendiri tidak terlalu jauh dari jalan magelang. Dari jalan magelang arah jogja menuju tempel di sekitar[…]

Tau tepo seliro? ya semacam toleransi gitu lah. Lantas apa hubungannya dengan jalan? Jadi gini, sekarang ini kalau lagi berkendaraan (terutama motoran di jalanan jogja) sudah sangat berbeda dengan kira-kira 5 atau 10 tahun yang lalu. Dulu itu, kalau dibilang sepi ya enggak namanya jalan kok sepi, suasana santai dan jumlah kendaraan tidak sebanyak sekarang. Pokoke suasananya masih enak lah. Gak grusa grusu. Nah kalau sekarang, jumlah kendaraan super banyak dan rata-rata tidak mau saling mengalah. Pokoke “aku kudu ndisik, kowe karepmu” begitu kira-kira. Kalau diterjemahkan ke bahasa indonesia kira-kira “pokoknya aku harus lebih dulu, kamu terserah”. Lihat saja kalau di lampu merah, gak motor gak mobile pengennya di depan, mendekati garis depan meski harus berada di lajur paling kiri[…]