Ada istilah bahasa jawa yang cukup populer “ono rego ono rupo”, ada harga ada kualitas begitu kira-kira. Jadi kalau mau kualitas bagus ya jangan segan-segan membayar mahal. Kalau mau yang murah ya siap-siap dengan kualitas yang akan didapat.

Saya pribadi termasuk tipe yang penting ada/punya dulu. Urusan lain belakangan. Itulah yang mendasari waktu awal dulu (sekitar awal 2013) membeli sepeda. Kebetulan waktu itu adik ipar sedang gila-gila nya dengan sepeda. Merakit sepeda sendiri sampai entah habis berapa juta. Banyak juga temen yang mengeluarkan uang tidak sedikit untuk mendapatkan sepeda yang diidamkan.

Saya sendiri? ya duit seadanya tapi pengen juga bersepeda. Dan akhir nya waktu ke toko sepeda, dengan kondisi gak ngerti sepeda sama sekali, intinya cuma pengen beli. Dan akhirnya membeli sepeda merk pacific. Tahu ada merk pacific ya pas sudah di toko itu setelah ngobrol-ngobrol dengan pemilik tokonya. Sebelumnya tahunya kalau sepeda itu ya merk polygon, united, wim cycle atau phoenix. Dan akhirnya dibelilah sepeda type tranzline 300 seharga, kalau tidak salah ingat, 1.6 juta. Terhitung gak terlalu mahal, apalagi kalau dibandingkan dengan merk lain.

Tranzline 300

Setelah itu ya gowes biasa aja, dipakai buat sepedaan ngalor ngidul. Kadang sekali dua kali dipakai ke kantor (kurang lebih jarak nya 8 km). Tanpa ada penggantian spare part atau apalah namanya.

Istilah “ono rego ono rupo” baru kerasa saat bersama teman-teman kantor sepedaan ke prambanan, dengan total jarak yang ditempuh hampir 50 km. Waktu itu di daerah utara prambanan crank arm sebelah kiri bunyi “krit krit” setiap di kayuh. Dan benar, lama-lama kendor dan hampir lepas. Untung lah dari teman-teman sepedaan yang pada ngebut, masih ada anton yang menemani mencari bengkel untuk mengencangkan crank arm nya. Beberapa kali sempat kendor lagi meskipun akhirnya bisa selamat sampai rumah. Setelah kejadian itu sempat di perbaiki dan tidak ada masalah.

Sampai beberapa waktu lalu, setelah sepeda masuk gudang selama beberapa bulan, kemudian aktif sepedaan lagi gara-gara pengen olahraga lagi dan kebetulan beberapa teman dari kantor lama, terutama wasi dan tommy , ngajak buat gowes ria lagi, kejadian crank arm bunyi terjadi lagi. Pas gowes ke pakem bunyi krit krit itu muncul lagi. Sampai pulang, coba dikencangkan tetap bunyi, dan akhirnya dibawa ke toko sepeda dan ganti crank :D. Sampai sekarang aman-aman saja, mungkin dia lelah dan pengen istirahat.

Dan sampai sekarang masih tak pakai sepedanya dan belum ada rencana ganti 😀 , sayang aja mau beli sepeda lagi, masih bagus dan selama digunakan sesuai keperluannya rasa-rasa nya tidak masalah. Mungkin kalau pengen downhill atau freeride ya mending ganti sepeda sih, kalau sekedar sepedaan melewati jalan aspal kadang keluar masuk kampung tanjakan dan turunan ringan masih oke lah.

Belum lama ikut funbike total perjalanan 40an km sama gowes ke pajangan lebih dari 50 km pun tidak ada masalah.

Seperti kata pepatah, yang penting bahagia.

Oya walau menyebut beberapa merk, tulisan ini bukan merupakan iklan atau apapun, hanya sekedar pengalaman pribadi saja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.